LAPORAN 4
Praktek Jaringan Komputer Dan
Sistem Operasi
“SUBNET”
NAMA : AMRINA RASYADA
NIM : 1104930/2011
GROUP : 3 ED 1
TEKNIK ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
A.
Tujuan
1. Mahasiswa diharapkan memahami
fungsi dan peranan protokol pada
jaringan komputer.
2.
Mahasiswa diharapkan mampu melakukan pengalamatan (IP Address) pada komputer jaringan.
3.
Mahasiswa dapat melakukan pengaturan Subnet
mask pada jaringan lokal.
4.
Mahasiswa dapat memahami fungsi Subnetting
pada jaringan komputer.
B.
Alat
dan Bahan
1.
Personal
Computer
2.
LAN Card /
NIC
3.
Switch /
Hub
4.
Kabel
ethernet Straight / Trought
C.
Materi
Teoritis
SUBNET MASK
Subnet mask adalah istilah yang mengacu kepada angka biner
32 bit yang digunakan untuk membedakan network ID dengan host ID, menunjukkan
letak suatu host, apakah berada di jaringan lokal atau jaringan luar. Penggunaan sebuah subnet mask
yang disebut address mask sebagai
sebuah nilai 32-bit yang digunakan untuk membedakan network
identifier dari host identifier di dalam sebuah alamat
IP. Bit-bit subnet mask yang didefinisikan,
adalah sebagai berikut:
·
Semua bit
yang ditujukan agar digunakan oleh network identifier diset ke nilai 1.
·
Semua bit yang ditujukan agar digunakan oleh host identifier diset
ke nilai 0.
Setiap host di dalam
sebuah jaringan yang menggunakan TCP/IP membutuhkan sebuah subnet mask
meskipun berada di dalam sebuah jaringan dengan satu segmen saja, baik subnet
mask default (yang digunakan ketika memakai network identifier
berbasis kelas) ataupun subnet mask yang dikustomisasi (yang digunakan
ketika membuat sebuah subnet atau supernet) harus dikonfigurasikan di dalam
setiap node TCP/IP.
Ada dua metode yang dapat
digunakan untuk merepresentasikan subnet mask, yakni:
·
Notasi
Desimal Bertitik
·
Notasi
Panjang Prefiks Jaringan
Desimal Bertitik
Sebuah subnet
mask biasanya diekspresikan di dalam notasi desimal bertitik (dotted
decimal notation), seperti halnya alamat IP. Setelah semua bit
diset sebagai bagian network identifier
dan host identifier, hasil nilai 32-bit tersebut akan dikonversikan
ke notasi desimal bertitik. Perlu
dicatat, bahwa meskipun direpresentasikan sebagai notasi desimal bertitik,
subnet mask bukanlah sebuah alamat
IP.
Subnet mask default dibuat
berdasarkan kelas-kelas alamat IP dan digunakan di dalam
jaringan TCP/IP yang tidak dibagi ke alam beberapa subnet. Tabel di bawah ini menyebutkan
beberapa subnet mask default dengan menggunakan notasi desimal bertitik.
Formatnya adalah:
alamat IP www.xxx.yyy.zzz
subnet mask www.xxx.yyy.zzz
Perlu diingat, bahwa nilai
subnet mask default di atas dapat dikustomisasi
oleh administrator jaringan, saat melakukan proses pembagian jaringan
(subnetting atau supernetting). Sebagai contoh, alamat 138.96.58.0 merupakan
sebuah network identifier dari kelas B yang telah dibagi ke beberapa subnet
dengan menggunakan bilangan 8-bit. Kedelapan bit tersebut yang digunakan
sebagai host identifier akan digunakan untuk menampilkan network identifier
yang telah dibagi ke dalam subnet. Subnet yang digunakan adalah total 24 bit
sisanya (255.255.255.0) yang dapat digunakan untuk mendefinisikan custom
network identifier. Network identifier yang telah di-subnet-kan tersebut serta
subnet mask yang digunakannya selanjutnya akan ditampilkan dengan menggunakan
notasi sebagai berikut:
138.96.58.0, 255.255.255.0
Representasi panjang prefiks (prefix length) dari sebuah subnet mask
Karena bit-bit
network identifier harus selalu dipilih di dalam sebuah bentuk yang berdekatan
dari bit-bit ordo tinggi, maka ada sebuah cara yang digunakan untuk
merepresentasikan sebuah subnet mask dengan menggunakan bit yang mendefinisikan
network identifier sebagai sebuah network prefix dengan menggunakan notasi
network prefix seperti tercantum di dalam tabel di bawah ini. Notasi network
prefix juga dikenal dengan sebutan notasi Classless Inter-Domain Routing
(CIDR). Formatnya adalah sebagai berikut:
/<jumlah bit yang digunakan sebagai network identifier>
Sebagai contoh, network identifier kelas B dari
138.96.0.0 yang memiliki subnet mask 255.255.0.0 dapat direpresentasikan di
dalam notasi prefix length sebagai 138.96.0.0/16.
Karena semua host yang berada
di dalam jaringan yang sama menggunakan network identifier yang sama, maka
semua host yang berada di dalam jaringan yang sama harus menggunakan network
identifier yang sama yang didefinisikan oleh subnet mask yang sama pula.
Sebagai contoh, notasi 138.23.0.0/16 tidaklah sama dengan notasi 138.23.0.0/24,
dan kedua jaringan tersebut tidak berada di dalam ruang alamat yang sama.
Network identifier 138.23.0.0/16 memiliki range alamat IP yang valid mulai dari
138.23.0.1 hingga 138.23.255.254; sedangkan network identifier 138.23.0.0/24
hanya memiliki range alamat IP yang valid mulai dari 138.23.0.1 hingga
138.23.0.254.
Menentukan alamat Network Identifier
Untuk menentukan network
identifier dari sebuah alamat IP dengan menggunakan sebuah subnet mask
tertentu, dapat dilakukan dengan menggunakan sebuah operasi matematika, yaitu
dengan menggunakan operasi logika perbandingan AND (AND comparison). Di
dalam sebuah AND comparison, nilai dari dua hal yang diperbandingkan akan
bernilai true hanya ketika dua item tersebut bernilai true; dan menjadi false
jika salah satunya false. Dengan mengaplikasikan prinsip ini ke dalam bit-bit,
nilai 1 akan didapat jika kedua bit
yang
diperbandingkan bernilai 1, dan nilai 0 jika ada salah satu di antara nilai
yang diperbandingkan bernilai 0.
Cara ini akan
melakukan sebuah operasi logika AND comparison dengan menggunakan 32-bit alamat
IP dan dengan 32-bit subnet mask, yang dikenal dengan operasi bitwise
logical AND comparison. Hasil dari operasi bitwise alamat IP dengan subnet
mask itulah yang disebut dengan network identifier.
Subnetting Alamat IP kelas A
Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan
pada alamat IP dengan network identifier kelas A. Subnetting
Alamat IP kelas B
Tabel berikut berisi
subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network identifier kelas
B. Subnetting Alamat IP kelas C
Tabel berikut berisi
subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network identifier kelas
C. Variable-length Subnetting
Bahasan
di atas merupakan sebuah contoh dari subnetting yang memiliki panjang tetap (fixed
length subnetting), yang akan menghasilkan
beberapa subjaringan dengan jumlah host yang sama. Meskipun demikian, dalam
kenyataannya segmen jaringan tidaklah seperti itu. Beberapa segmen jaringan
membutuhkan lebih banyak alamat IP dibandingkan lainnya, dan beberapa segmen
jaringan membutuhkan lebih sedikit alamat IP.
Jika
proses subnetting yang menghasilkan beberapa subjaringan dengan jumlah host
yang sama telah dilakukan, maka ada kemungkinan di dalam segmen-segmen jaringan
tersebut memiliki alamat-alamat yang tidak digunakan atau membutuhkan lebih
banyak alamat. Karena
itulah, dalam kasus ini proses subnetting harus dilakukan berdasarkan segmen
jaringan yang dibutuhkan oleh jumlah host terbanyak. Untuk memaksimalkan
penggunaan ruangan alamat yang tetap, subnetting pun diaplikasikan secara
rekursif untuk membentuk beberapa subjaringan dengan ukuran bervariasi, yang
diturunkan dari network identifier yang sama. Teknik subnetting seperti ini
disebut juga variable-length subnetting. Subjaringan-subjaringan yang dibuat
dengan teknik ini menggunakan subnet mask yang disebut sebagai Variable-length
Subnet Mask (VLSM).
Karena semua subnet diturunkan dari network
identifier yang sama, jika subnet-subnet tersebut berurutan (kontigu subnet
yang berada dalam network identifier yang sama yang dapat saling berhubungan
satu sama lainnya), rute yang ditujukan ke subnet-subnet tersebut dapat
diringkas dengan menyingkat network identifier yang asli.
Teknik
variable-length subnetting harus dilakukan secara hati-hati sehingga subnet
yang dibentuk pun unik, dan dengan menggunakan subnet mask tersebut dapat
dibedakan dengan subnet lainnya, meski berada dalam network identifer asli yang
sama. Kehati-hatian tersebut melibatkan analisis yang lebih terhadap
segmen-segmen jaringan yang akan menentukan berapa banyak segmen yang akan
dibuat dan berapa banyak jumlah host dalam setiap segmennya.
Dengan menggunakan variable-length subnetting, teknik subnetting
dapat dilakukan secara rekursif: network identifier yang sebelumnya telah
di-subnet-kan, di-subnet-kan kembali. Ketika melakukannya, bit-bit network identifier tersebut harus
bersifat tetap dan subnetting pun dilakukan dengan mengambil sisa dari bit-bit
host.
D. Langkah
Kerja
1.
Siapkan
beberapa buah PC yang sudah terpasang NIC, kabel ethernet straight-trought dan
switch/hub.
2. Hubungkan
masing-masing PC ke switch/hub menggunakan kabel ethernet, seperti gambar
berikut :
3. Lakukanlah
pengaturan IP Address dan Subnet mask masing-masing PC, sesuaikan dengan
kebutuhan konfigurasi pada evaluasi dan penugasan dibagian akhir jobsheet.
4.
Pengaturan
dapat dilakukan dengan cara mengklik Control Panel -> Network Connections akan muncul .
5.
Klik kanan gambar di atas, kemudian pilih disable. Kemudian klik kanan lagi gambar
di atas dan pilih properties, maka akan muncul gambar seperti di bawah ini.
Klik ganda Internet Protocol.
6.
Langkah selanjutnya adalah isi IP Address dan Subnet
mask. Sebagai contoh, komputer yang terhubung pada jaringan komputer anda
adalahh Range IP address 192.168.0.1 dan menggunakan subnet mask 255.255.255.0.
7.
Klik OK. Kemudian klik 2x gambar no.1 di atas, maka LAN
akan enable.
E.
Evaluasi
1. Bentuk kelompok
praktikum menjadi dua, masing-masing kelompok akan membangun sebuah LAN.
2. Kelompok A membangun
LAN (192.168.1.1 s/d 192.168.1.6) seperti gambar berikut :
Hasil
pratikum
1.
Ping ke 192.168.1.1
Ping ke
192.168.1.3
Ping ke
192.168.1.4
Ping ke 192.168.1.5
Ping ke
192.168.1.6
Ping ke
192.168.1.7
Ping ke 192.168.1.132
Ping ke
192.168.1.133
Kesimpulan
- Denagn mempelajari dan memahami fungsi router
- Dapat melakukan konfigurasi PC ruoter
0 comments:
Post a Comment